Jumat, 15 Februari 2013

Kosmologi Islam


Kosmos dari bahasa Yunani artinya dunia teratur, bentuk atau susunan benda. Istilsh ini bahasa sederhananya adalah keteraturan alam.

Kosmologi ( Inggris = cosmology) dari bahasa Yunani kosmos (dunia, alam semesta) dan logos (ilmu tentang). Jadi kosmologi adalah ilmu yang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan yang integral.

Di dalam agama Islam sebenarnya banyak paham tentang kosmologi ini, diantaranya adalah kosmologi masysyai (peripatetik) yang dikembangkan oleh Al kindi dan Al Farabi, dan mencapai puncaknya melalui Ibn Sinna. Orang barat menyebutnya “filsafat Wujud”. Ada kosmologi syiah Ismailiyah ini populer dengan dunia korpus Jabir, Ikhwan al Safa populer dengan nuansa Phytagoras, korelasi kosmologi ini berhubungan dengan siklus kenabian dan imamah (keimaman), pembahasan kosmologisnya rumit. Terakhir, ada juga yang dikelompokkan dengan kosmologi sufi, diantaranya adalah Muhyi Al din Ibnu Arabi, yang mengintegrasikan unsur-unsur Hermenetik, Phytagorean dan Neoplatonik ke dalam ajaran-ajaran yang bersumber pada makna Al Quran.

Firman Allah

Kami tidak menurunkan Al Quran kepadamu agar menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut (kepada Allah). Al Quran diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit-langit yang tinggi, yaitu (Tuhan) Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Singgasana (al Arsy). Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit dan di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah .
(QS. At Thaha [20]: 2-6)

Selanjutnya kita hanya membahas kosmologi Sufi saja, biar lebih fokus :

Dalam tulisan-tulisannya, ilmu dan nama-nama serta sifat-sifat Allah (al Ashma Wa al Shifat) berfungsi sebagai landasan bagi elaborasi ilmu kosmos, betapa keseluruhan sifat kosmos ini merupakan gema dari berbagai nama dan sifat Allah dan betapa masing-masing tingkat eksistensi kosmis itu sendiri adalah kehadiran Ilahi (al hadarat al illahiyat al khams) yang bermula dari Dzat Allah (al Hahut) , melalui alam nama-nama alam dan sifat-sifat (al Lahut), alam malaikat utama (al Jabarut), alam malaikat lebih rendah dan subtil (al malakut) dan alam-alam materi (al Mulk).

Ibn Arabi menjelaskan tingkatan-tingkatan realitas kosmis berdasarkan ajarannya yang terkenal “Wahdat Al Wujud” (kesatuan wujud yang transenden), yang menyatakan bahwa sesungguhnya hanya satu realitas wujud, satu realitas, dan semua yang lain hanyalah refleksi dari nama-nama dan sifat-sifat Allah di atas cermin noneksistensi.

Pengikut ajaran Ibn Arabi ini diantaranya Shadr Al Din Al Qunawi, Abd Al Karim Al Jilli, dan Sayid Haidar Al Amuli. Di Indonesia juga ada yang sepaham dengan ini yaitu Syeikh Siti Jenar. Ajaran yang saya sebut di atas ada dituliskan juga pada kitab Wirid hidayat Jati/Serat Centini-nya Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Makna spiritual dari kosmologi Islam adalah memberikan pengetahuan tentang kosmos adar dapat memahami keburaman realitas kosmos menjadi transparan, dari tirai menuju sarana penyingkapan realitas Ilahi, yang diselubungi dan disingkapkan kosmos oleh hakikatnya sendiri.Tujuannya agar manusia memahami penjara eksistensi dan mengungkapkan keesaan Ilahi (al Tauhid) yang tercermin dalam alam keragaman.

Akan tetapi, spiritualitas Islam memberikan sarana kepada manusia yang hakikat bathinnya sedemikian rupa sehingga membuat mereka harus membuka halaman-halaman kosmis, yang digambarkan oleh Al Quran:

“(yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas “
(Q.S. Al Anbiya [21]: 104)

Spiritualitas Islam memunculkan “kesadaran penciptaan” yang menjadikan manusia mampu melihat teofani nama-nama dan sifat-sifat Allah dalam alam dan mendengar – dari terbangnya burung ke angkasa – doa mahluk yang ditujukan ke singgasana Ilahi, seperti yang disebut Al Quran

“Tidaklah kamu tahu bahwasannya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi, (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbih-Nya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan “.(QS. An Nur [24]:41).

Bagaimana yang terbatas “melihat” yang tak terbatas? *)

Kosmos adalah Dia/Bukan Dia. Menurut Ibn Arabi wujud adalah satu esensinya dan banyak cara untuk menyingkap dirinya. Ia tidak dapat dibandingkan dengan semua entitas yang ada dan diserupakan kepada setiap mahluk. Dan hakikat wujud, keesaan dan kejamakannya menemukan ekspresinya dalam kesempurnaan manusia sempurna.

Dalam keesaan dan kejamakannya, wujud dapat dikatakan memiliki kesempurnaan. Pertama ditampilkan melalui ketidaksebandingan Esensi Tuhan, yang kedua oleh keserupaan nama-nama Tuhan. Oleh karena itu, dalam konteks kesempurnaan esensial manusia sempurna, Al Quran mengatakan bahwa “Tidak ada pemisahan antara Rosul Tuhan (QS. 2:285). Dari kesempurnaan aksidental mereka, al Quran menyatakan bahwa “Tuhan mengutus para nabi dan Rosul sesuai dengan tingkataan mutunya”. (QS. 2:253).

Pendeknya manusia sempurna tetap berada dalam esensinya, yang tidak lain selain wujud itu sendiri. Pada saat yang sama ia senantiasa selalu mengalami transformasi dan transmutasi dengan mendorong Penyingkapan Diri Tuhan dan memanifestasikan sifat-sifat Tuhan dalam keberagaman kosmis yang tiada akhir. Hati (qalb) manusia sempurna mengalami fluktuasi yang tak pernah henti (qalb, taqallub), sejak itu ia adalah wadah batini tempat mereka memahami penyingkapan diri Tuhan.

Tuhan menciptakan alam untuk menunjukkan kesempurnaan diri-Nya. Seperti disebut dalam Hadits Qudsi :

” Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku ingin diketahui , oleh karena itu, Aku ciptakan mahluk agar Aku dapat diketahui”.

Dengan kata lain, melalui kosmos wujud menyingkap kemungkinan tak terbatas yang tersembunyi di dalam diri-Nya sendiri. Tetapi, itu hanya dilakukan oleh manusia sempurna saja untuk memanifestasikan bentuk Tuhan itu sendiri. Syekh sebenarnya hanya menjelaskan bukan pada ontologi saja, tapi juga pada antropologi, yakni menjelaskan tentang sifat manusia sempurna dan bagaimana kesempurnaan dapat dicapai.

Dengan berbekal pemahaman rasional mengenai “Dia/Bukan Dia” tidak akan mampu mengantar ke dunia cahaya. Dunia imajinasi tidak dapat di transformasikan ke dalam bentuk penyaksian penyingkapan diri wujud tanpa bimbingan dari Rosul, Nabi ataupun para Wali.

Jadi, hakikat puncak wujud adalah melampaui yang tak terbatas dan selalu berada di dalam. Di dalam kesebandingannya wujud adalah satu dzat dengan yang absolut, namun dalam keserupaannya, wujud menjelmakan dirinya melalui pluralitas kongkrit yang ada dalam kosmos. Dzat yang non-fenomenal selamanya tetap tak dapat dibandingkan, namun dia membawa fenomenal ke dalam eksistensi melalui sebuah rahmat, yakni dilimpahkan langsung kepada segala sesuatu yang memiliki potensi eksis.

Ketidak sebandingan Tuhan tumbuh dari persepsi keberbedaan dan tidak nyata. Sedangkan, sikap yang mempertegas keserupaan muncul dari pemahaman yang menonjolkan keserupaan dengan realitas. Menurut Al Haqq, keserupaan ditonjolkan, karena dipandang dari Al Haqq, tidak ada istilah “yang lain”, juga tidak ada istilah “jarak” – “Allah bersamamu dimanapun engkau berada” (QS.57:4).

Terakhir, jadi bagaimana bentuk Tuhan itu? Menurut Ibn Arabi, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah “tanda” Tuhan. Karena segala sesuatu itu merefleksikan Al Haqq. Manusia merupakan tanda Tuhan, karena mereka ada andilnya terhadap atribut al Haqq. Ini membuktikan bahwa manusia bisa mengetahui segala sesuatu. Firman Allah : “Allah mengajarkan kepada Adam semua nama-nama.” (QS.2:31). Arkeripe kognitif (dan ontologis) fundamental mereka adalah Allah sendiri, tidak ada atribut khusus Tuhan. Kesempurnaan manusia melibatkan atribut itu, seperti sifat mulia yang sama dengan indah, tetapi, sebagaimana sifat Tuhan, atribut-atribut ini disusun menurut hirarki tertentu, dengan nama-nama rahmat yang didahulukan dibandingkan murka, nama-nama keserupaan lebih fundamental dari pada nama-nama ketidaksebandingannya.

Kebahagiaan, yakni kondisi yang dinikmati orang surga, adalah identik dengan kedekatan dengan Tuhan. Untuk dekat dengan Tuhan maka berarti mengakui kualitas-kualitas Tuhan sebagaimana adanya. Ketersiksaan identik dengan neraka. Untuk jauh dengan Tuhan adalah menghindari mengaktualisasikan bentuk Tuhan. Untuk tetap berjarak maka tekankan bentuk ketaksebandingan. Jika ingin bahagia, imajinasi mereka harus melampaui akalnya, menyesuaikan bentuk akal. Manusi secara potensial adalah bentuk utuh Tuhan. Kesempurnaan dicapai ketika potensinya teraktualisasi. Perwujudannya adalah bentuk “kebajikan” dan “nilai” yang dikaji dalam ilmu ahlak. Nah, karena kualitas Tuhan tidak dapat dikenali melalui ketidaksebandingan-Nya maka diperlukan campur tangan wahyu (agar aktualisasi atribut Tuhan sesuai dengan porsi yang tepat untuk menjelaskan sifat dan tujuan kegiatan etika yang ditekankan).

Demikian penjelasan Ibnu Arabi, dalam Futuhat Al Makiya dan Fusus Al Hikam, yang ditulis Willliam C. Chittick dalam Imaginal World yang diterbitkan State University Newyork Press, Edisi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Risalah Gusti “Dunia Imajinal”.

 

KONSEP DIRI


(Pengertian Konsep Diri dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri) Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang
Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri berikut ini:

1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:

Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positif. Konsep Diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang setelah keberhasilan komunikasi, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating sistem yang menjalankan suatu komputer.

Konsep Diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa dirinya bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

 

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah Konsep Diri. Saya akan menjabarkan bagaimana pentingnya konsep diri dalam kehidupan. Sebelumnya apa sih konsep diri itu? Jenis-jenis Konsep Diri itu apa saja?

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.sep Diri

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat orang lain pada diri individu.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.

Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.

Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.

Rabu, 12 Desember 2012

perkembangan pemikiran manusia


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Penalaran Manusia” dengan baik.
Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi \yang menggunakan teknik pengumpulan data, menggunakan metodologi penelitianyang relevan dan terarah pada pokok permasalahan yang berkaitan dengan bidang studimahasiswa. Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata Pengantar Ekonomi Mikro. Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasayang sederhana dan mudah untuk dipahami.
            Dan pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ISBD, Bapak Syafruddin Syam yang telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan,oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat diselesaikan. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.


                                                                                                Medan, 8 Maret 2012


                                                                                                            Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Umumnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu dimulai dari adanya rangsangan dari suatu objek, rangsangan itu menimbulkan rasa ingin tahu yang mendorong seseorang untuk melihat, menyaksikan, mengamati, mengalami dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir akan dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami, dan menjelaskan gejala-gejala alam, juga berusaha untuk memecahkan masalah atau persoalan yang dihadapi, serta berusaha untuk memahami masalah itu sendiri, ini semua menyebabkan manusia mendapatkan pengetahuan yang baik.
Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambahnya dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya, setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini, maka lahirlah ilmu pengetahuan yang mantap atau bagus.
Jadi, perkembangan alam pikiran manusia sampai dengan kelahiran Ilmu Pengetahuan Alam sebagai ilmu yang mantap, melalui 4 (empat) tahap yaitu tahap mitos, tahap penalaran deduktif (rasionalisme) atau tahap pemikiran rasional, tahap penalaran induktif (empirisme) atau tahap pemikiran empiris, dan akhirnya sampai ke tahap pengkristalan konsep metode ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian dari penalaran?
2.      Bagaimana proses perkembangan penalaran manusia?
3.      Bagaimana tahap perkembangan pola pikir manusia?

C. Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari penalaran
2.      Untuk mengetahui bagaimana proses perkembangan penalaran manusia
3.      Untuk mengetahui tahap perkembangan pola pikir manusia





BAB II
PEMBAHASAN

Nalar adalah pertimbangan tentang baik buruk; akal budi; atau aktivitas yang memungkinkan seseorang berpikir logis; jangkauan pikir; kekuatan pikir. Sedangkan penalaran adalah hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.[1]
Tuhan menciptakan dua makhluk, yang satu bersifat anorganis (benda mati) dan yang lain bersifat organis (makhluk hidup). Benda yang menjadi pengisi bumi tunduk pada hukum alam (deterministis) dan makhluk hidup tunduk pada hukum kehidupan (biologis), tetapi yang jelas ciri-ciri kehidupan manusia sebagai makhluk yang tertinggi, lebih sempurna dari hewan maupun tumbuhan.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia, sejak zaman purba hingga dewasa ini.[2]

A.  Sejarah Pengetahuan yang diperoleh Manusia
1. Rasa Ingin Tahu
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Perasaan ini merupakan salah satu ciri khas manusia. Rasa ingin tahu berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Manusia selalu merasa ingin tahu maka sesuatu yang belum terjawab dikatakan wallahualam, artinya Allah yang lebih mengetahui atau wallahualam bissawab yang artinya Allah mengetahui sebenarnya. Perkembangan lebih lanjut dari rasa ingin tahu manusia ialah untuk memenuhi kebutuhan nonfisik atau kebutuhan alam pikirannya, untuk itu manusia mereka-reka sendiri jawabannya.[3]
2.  Mitos
Menurut Auguste Comte (1798-1857) bahwa dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Mitos termasuk tahap teologi atau tahap metafisika. Mitologi ialah pengetahuan tentang mitos yang merupakan kumpulan cerita-cerita mitos. Cerita mitos sendiri ditularkan lewat tari-tarian, nyanyian, wayang dan lain-lain.
Secara garis besar, mitos dibedakan atas tiga macam, yaitu mitos sebenarnya, cerita rakyat dan legenda. Mitos timbul akibat keterbatasan pengetahuan, penalaran dan panca indera manusia serta keingintahuan manusia yang telah dipenuhi walaupun hanya sementara.
Puncak hasil pemikiran mitos terjadi pada zaman Babylonia (700-600 SM) yaitu horoskop (ramalan bintang), ekliptika (bidang edar Matahari) dan bentuk alam semesta yang menyerupai ruangan setengah bola dengan bumi datar sebagai lantainya sedangkan langit-langit dan bintangnya merupakan atap.[4]

B.  Perkembangan Fisik Tubuh Manusia
Tubuh manusia berubah mulai sejak berupa sel sederhana yang selanjutnya secara bertahap menjadi manusia yang sempurna. Sel sederhana berasal dari sel kromosom sperma yang identik dengan kromosom sel telur, pada prosesnya akan terjadi kromosom yang tidak homolog yang akan menjadi laki-laki.
Lima minggu setelah terjadi konsepsi, bakal jantung mulai berdenyut yang selanjutnya akan membagi menjadi serambi kiri dan kanan pada minggu ke-9. Sedangkan pada minggu ke-13, janin sudah mulai berbentuk yang ditandai dengan berfungsinya berbagai organ, yang selanjutnya pada usia 18 minggu mulai terasa gerakan dari janin.
Pada usia 32 minggu, janin mulai mempersiapkan diri untuk dilahirkan dengan kepala di bawah makin mendekati lubang kelahiran. Pada saat ini gerakan semakin berkurang. Perkembangan tercepat terjadi pada saat setelah kelahiran sampai remaja.
Perubahan fisik yang sangat nyata, terjadi pada saat pubertas, yang ditandai di antaranya dengan tanda kedewasaan berupa tumbuhnya rambut pada daerah-daerah tertentu dan fungsi organ-organ reproduksi (organ genitalia).
Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.
Sampai usia 2 tahun, perkembangan kecerdasan sangat cepat, dari belajar, makan, berbicara dan berjalan. Pada usia 2 – 7 tahun rasa ingin tahu akan makin besar. Masa remaja merupakan masa pertentangan dengan dirinya maupun dengan orang dewasa, karena selalu berusaha untuk memposisikan diri sebagai orang dewasa walaupun secara emosional belum memadai. Selanjutnya, setelah usia 30 tahun, mulai dapat mengendalikan diri dan mampu menempatkan diri sebagai individu yang bertanggung jawab.

C.  Metode Ilmiah dan Implementasinya
Pengetahuan tentang mitos, ramalan nasib berdasarkan perbintangan bahkan percaya adanya dewa diperoleh dengan cara berprasangka, berintuisi dan coba-coba (trial and error).
Suatu pengetahuan dapat dikatakan pengetahuan yang ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat antara lain: objektif, metodik, sistematik dan berlaku umum. Salah satu syarat ilmu pengetahuan tersebut harus diperoleh melalui metode ilmiah. Kriteria metode ilmiah yang digunakan dalam penelitian antara lain harus berdasarkan fakta, bebas prasangka, menggunakan prinsip-prinsip analisis, hipotesis, berukuran objektif serta menggunakan teknik kuantitatif atau kualitatif.
Alur berpikir yang mencakup metode ilmiah dapat dijabarkan dalam langkah-langkah yang mencerminkan tahapan kegiatan ilmiah. Kerangka berpikir ilmiah pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah operasional metode ilmiah, yaitu perumusan masalah, penyusun kerangka berpikir, pengajuan hipotesis, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis, dan penarikan simpulan.
Metode ilmiah mempunyai keterbatasan maupun keunggulan. Keterbatasan metode ilmiah adalah ketidaksanggupannya menjangkau untuk menguji adanya Tuhan, membuat kesimpulan yang berkenan dengan baik dan buruk atau sistem nilai dan juga tidak dapat menjangkau tentang seni dan keindahan. Sedangkan keunggulannya, antara lain: mencintai kebenaran yang objektif dan bersikap adil; kebenaran ilmu tidak absolut sehingga dapat dicari terus-menerus; mengurangi kepercayaan pada tahayul, astrologi maupun peruntungan, dan lain-lain.
Manusia memiliki kelebihan dibanding semua makhluk, antara lain :
a. Manusia dapat berpikir, sehingga manusia merupakan makhluk yang cerdas ( homo sapiens ). Dengan daya pikirnya manusia dapat mempertimbangkan apa yang akan dilakukan masa sekarang, atau masa depan dengan pengalaman yang dialaminya.
b. Manusia dapat membuat alat-alat dan mempergunakannya, sehingga disebut sebagai manusia kerja ( homo faber ). Salah satu tindakan dan wujud budaya adalah barang buatan manusia ( artefact ). Alat-alat diciptakan manusia karena sadar kemampuan inderanya terbatas, sehingga alat-alat dibuat untuk mencapai tujuan, misal mikroskop, roda untuk kereta.
c. Manusia dapat berbicara ( homo longuens ), sehingga apa yang menjadi pemikiran dalam otaknya dapat disampaikan melalui bahasa kepada manusia lain.
d. Manusia dapat hidup bermasyarakat ( homo socius ) tidak seperti binatang yang bergerombol yang hanya mengenal hukum rimba. Manusia bermasyarakat yang diatur dengan tata tertib demi kepentingan bersama.
e. Manusia dapat mengadakan usaha atas dasar perhitungan ekonomi ( homo aeconomicus ). Dalam hukum ekonomi, semua kegiatan harus atas dasar untung rugi. Pada awalnya manusia mencukupi kebutuhannya sendiri, kemudian atas dasar jasa maka dikembangkan sistem pasar (produksi dijual di pasaran) dan keuntungan semakin besar, sehingga meningkatkan produktivitas kerja.
f. Manusia menyadari adanya kekuatan gaib yang memiliki kemampuan lebih hebat dari manusia, sehingga manusia memiliki kepercayaan atau beragama ( homo religius ). Di samping keenam hal di atas, manusia disebut juga manusia berbudaya ( homo humanus ) dan manusia yang tahu akan keindahan ( homo aesteticus ).[5]
Manusia Berperasaan dan Rasional Manusia mempunyai akal budi. Akal yang menjadi sumber sifat rasional, sedangkan budi bersumber pada perasaan. Perasaan adalah fungsi jiwa untuk mempertimbangkan dan mengukur sesuatu menurut rasa senang dan tidak senang. Sedangkan rasional adalah menerima sesuatu atas dasar kebenaran pikiran atau rasio. Paham tersebut bersumber pada akal manusia yang diolah dalam otak. Dengan berpikir yang rasional manusia dapat meletakkan hubungan-hubungan dari apa yang telah diketahui dan yang sedang dihadapi. Kemampuan manusia memperguna kan daya akalnya disebutkan intelegensi.
Cara manusia memperoleh pengetahuan :
a. Cara lama dengan masih mengandalkan perasaan daripada kebenaran pikiran, yaitu dengan prasangka, intuisi dan coba-ralat.
b. Cara baru yaitu dengan mempergunakan logika, yaitu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus, tepat dan sehat. Logika yang bersifat kodratiah dan ilmiah.
Tahapan perkembangan pola pikir manusia :
1.    Antroposentris
Antroposentris ( anthropus = manusia, centrum = pusat ) adalah anggapan bahwa manusialah yang menjadi pusat segala-galanya. Pandangan ini masih dalam tahap awal perkembangan pikiran manusia.
2.    Geosentris
Geosentris ( geo = bumi ) adalah anggapan bahwa bumi pusat alam semesta. Semua benda langit mengelilingi bumi merupakan anggapan yang berkembang sejak abad ke-6 SM. Tokohnya:
a. Thales (624-548 SM) yang dianggap orang pertama yang mempertanyakan dasar alam dan isinya. Thales percaya bintang-bintang bisa memancarkan cahaya sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan sinar matahari ke bumi. Dikatakan bahwa bumi merupakan cakram yang mengapung di atas air.
b. Anaximender (610 – 546 SM) ialah orang pertama yang menyatakan bahwa langit berputar dengan poros bintang kutub Kubah langit yang nampak adalah setengah bola dengan bumi sebagai pusatnya.
c. Pythagoras (580-500 SM) yang terkenal dengan dalil segitiga siku-siku.Di samping pelopor matematika, ia juga berkeyakinan bahwa bumi bulat dan berputar, sehingga menampakkan gerakan perputaran semu dari langit. Ia juga mengajarkan bahwa di bumi terdapat 4 unsur yaitu : tanah, air, udara dan api.
d. Erasthothenes (276-195 SM) ialah orang yang pertama menghitung ukuran bumi sebagai benda bulat.
e. Ptolomeus (127-151 SM) mengemukakan pendapatnya bahwa bumi adalah pusat jagad raya, berbentuk bulat, diam setimbang tanpa tiang penyangga
f.  Avicenna (Ibn-Shina abad 11), seorang ahli Ilmu Pengethuan, terutama dalam bidang Ilmu Kedokteran, Fiolosof.[6]
3.    Heliosentris
Heliosentris (Helios = matahari) adalah anggapan bahwa pusat alam semesta adalah matahari. Hal ini merupakan pendapat baru karena makin sempurnanya alat pengamat bintang berupa teleskop dan semakin meningkatnya kemampuan berfikir manusia yang terjadi pada tahun 1500 – 1600.
Sebagai tonggak sejarah Nicolous Copernicus (1473-1543) dengan pokok ajaran :
a. Matahari adalah pusat sistem solar sedangkan bumi adalah salah satu planet di antara planet-planet lain yang beredar mengelilingi matahari.
b. Bulan beredar mengelilingi bumi dan bersama bumi mengelilingi matahari.
c. Bumi berputar pada porosnya dari barat ke timur yang mengakibatkan adanya siang dan malam dan pandangan gerakan bintang-bintang.
Pengikut Copernicus adalah Bruno (1548-1600). Ia memberikan kesimpulan lebih jauh lagi:
a.  Jagat raya tidak ada lagi.
b.  Bintang-bintang tersebar di seluruh jagat raya.

Tokoh lain adalah Johannes Kepler (1571-1630), pendapatnya :
a. Planet-planet beredar mengelilingi matahari pada suatu garis edar yang berbentuk elips dengan suatu fokus.
b. Bila ditarik garis imajinasi dari planet ke matahari dan ia bergerak menurut garis edarnya, luas bidang yang ditempuh pada jangka waktu yang sama adalah sama.
c. Pangkat dua dari waktu yang dibutuhkan sebuah planet utk mengelilingi matahari secara penuh sebanding dengan pangkat tiga dari jarak rata-rata palnet itu terhadap matahari.
Tokoh lain adalah Galileo (1564-1642) dengan penemuannya yaitu teleskop yang mutakhir. Ia menemukan bahwa ada empat buah bulan yang mengelilingi Yupiter, adanya gunung-gunung di bulan dan satu bintik hitam di matahari yang sangat penting untuk menghitung kecepatan rotasi matahari, adanya Mikly Way atau Bima Sakti. Dan yang sangat menakjubkan adalah ditemukannya cincin Saturnus.
4.    Galaktosentris
Galaktosentris (Galaxy : kumpulan jutaan bintang) merupakan anggapan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi. Paham tersebut berkembang sejak tahun 1920 setelah Amerika Serikat membuat teleskop raksasa, sehingga informasi tentang galaksi makin jelas diketahui orang.
Di California terdapat 2 buah observatoria : Mount Wilson dengan pemantul 1,5 meter dan Mount Palomar dengan pemantul 2,5 meter dan tahun 1976 berdiri observatorium Zelenchukskaya di Rusia.
Pengetahuan tentang galaksi Bima Sakti makin intensif, sementara itu perhatian ke galaksi yang lain mulai dikembangkan.
5.    Asentris
Asentris (a = tidak) merupakan anggapan bahwa tidak perlu lagi adanya pusat-pusatan dalam alam semesta ini, semuanya beredar dalam konstelasi ilmiah.
Dengan paham ini manusia semakin kecil jika dihadapkan pada alam semesta yang tidak terbatas ukurannya, sehingga secara agama semuanya dikembalikan pada Tuhan sebagai Sang Pencipta.[7]





BAB III
PENUTUP

Penalaran adalah hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
Ada dua macam perkembangan alam pikiran manusia, yakni perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya dan perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini.
Ilmu Pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu (curiousity). Rasa ingin tahu itu berkembang, baik tentang dirinya sendiri maupun benda-benda di sekelilingnya dan rasa yang seperti itu tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
Menurut A. Comte bahwa dalam sejarah perkembangan manusia itu ada tiga tahap, yaitu tahap teologi (tahap metafiika), tahap filsafat, dan tahap positif (tahap ilmu).
Perkembangan pengetahuan pada manusia sangat dipengaruhi oleh perkembangan pengetahuan semasa anak-anak, berupa bimbingan yang baik oleh orang tua dan lingkungan yang terus akan terbawa sampai dewasa.
Cara manusia memperoleh pengetahuan :
a.  Masih mengandalkan perasaan daripada kebenaran pikiran
b. Dengan mempergunakan logika yang bersifat kodratiah dan ilmiah.
Tahapan perkembangan pola pikir manusia :
1.  Antroposentris
Antroposentris adalah anggapan bahwa manusialah yang menjadi pusat segala-galanya.
2.  Geosentris
Geosentris  adalah anggapan bahwa bumi pusat alam semesta.
3.  Heliosentris
Heliosentris adalah anggapan bahwa pusat alam semesta adalah matahari
4.  Galaktosentris
Galaktosentris merupakan anggapan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi
5.  Asentris
     Asentris merupakan anggapan bahwa tidak perlu lagi adanya pusat-pusatan dalam alam semesta ini karena semuanya beredar dalam konstelasi ilmiah







DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Drs. H. Abu, Supatmo, Ir. A. 1991. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Aly, Drs. Abdullah, Rahma, Ir. Eny. 1991. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Jasin, Drs. Maskoeri. 1986. Ilmu Alamiah Dasar. Surabaya: PT. Raja Grafindo Persada.
Mawardi, Drs., Hidayati, Ir. Nur. 2000. IAD-ISD-IBD. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Nasution, Dr. Rizali H., Hatta, Drs. H. Mohd. 1993. Ilmu Alamiah Dasar. Medan: PT.
            Pustaka Widyasarana.
Rizal, Fahrul, dkk. 2006. Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris, Asentris.
            Jakarta: Hijri Pustaka Utama.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. 2005.  Balai Pustaka.



[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Balai Pustaka, 2005)
[2] Drs. Abdullah Aly, Ir. Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 4
[3] Dr. Rizali H. Nasution, Drs. H. Mohd. Hatta, Ilmu Alamiah Dasar, (Medan: PT.Pustaka Widyasarana, 1993), hlm.9
[4] Drs. Mawardi, Ir. Nur Hidayati, IAD-ISD-IBD, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), hlm. 14
[5] Drs. H. Abu Ahmadi, Ir. A. Supatmo, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm. 14
[6] Drs. Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Surabaya: PT. Raja Grafindo, 1989), hlm. 8
[7] Fahrul Rizal, dkk., Antroposentris, Geosentris, Heliosentris, Galaktosentris, Asentris, (Jakarta: Hijri Pustaka Utama, 2006), hlm. 26-32