Jumat, 15 Februari 2013

Kosmologi Islam


Kosmos dari bahasa Yunani artinya dunia teratur, bentuk atau susunan benda. Istilsh ini bahasa sederhananya adalah keteraturan alam.

Kosmologi ( Inggris = cosmology) dari bahasa Yunani kosmos (dunia, alam semesta) dan logos (ilmu tentang). Jadi kosmologi adalah ilmu yang memandang alam semesta sebagai suatu keseluruhan yang integral.

Di dalam agama Islam sebenarnya banyak paham tentang kosmologi ini, diantaranya adalah kosmologi masysyai (peripatetik) yang dikembangkan oleh Al kindi dan Al Farabi, dan mencapai puncaknya melalui Ibn Sinna. Orang barat menyebutnya “filsafat Wujud”. Ada kosmologi syiah Ismailiyah ini populer dengan dunia korpus Jabir, Ikhwan al Safa populer dengan nuansa Phytagoras, korelasi kosmologi ini berhubungan dengan siklus kenabian dan imamah (keimaman), pembahasan kosmologisnya rumit. Terakhir, ada juga yang dikelompokkan dengan kosmologi sufi, diantaranya adalah Muhyi Al din Ibnu Arabi, yang mengintegrasikan unsur-unsur Hermenetik, Phytagorean dan Neoplatonik ke dalam ajaran-ajaran yang bersumber pada makna Al Quran.

Firman Allah

Kami tidak menurunkan Al Quran kepadamu agar menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang-orang yang takut (kepada Allah). Al Quran diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit-langit yang tinggi, yaitu (Tuhan) Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Singgasana (al Arsy). Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit dan di bumi, semua yang di antara keduanya, dan semua yang di bawah tanah .
(QS. At Thaha [20]: 2-6)

Selanjutnya kita hanya membahas kosmologi Sufi saja, biar lebih fokus :

Dalam tulisan-tulisannya, ilmu dan nama-nama serta sifat-sifat Allah (al Ashma Wa al Shifat) berfungsi sebagai landasan bagi elaborasi ilmu kosmos, betapa keseluruhan sifat kosmos ini merupakan gema dari berbagai nama dan sifat Allah dan betapa masing-masing tingkat eksistensi kosmis itu sendiri adalah kehadiran Ilahi (al hadarat al illahiyat al khams) yang bermula dari Dzat Allah (al Hahut) , melalui alam nama-nama alam dan sifat-sifat (al Lahut), alam malaikat utama (al Jabarut), alam malaikat lebih rendah dan subtil (al malakut) dan alam-alam materi (al Mulk).

Ibn Arabi menjelaskan tingkatan-tingkatan realitas kosmis berdasarkan ajarannya yang terkenal “Wahdat Al Wujud” (kesatuan wujud yang transenden), yang menyatakan bahwa sesungguhnya hanya satu realitas wujud, satu realitas, dan semua yang lain hanyalah refleksi dari nama-nama dan sifat-sifat Allah di atas cermin noneksistensi.

Pengikut ajaran Ibn Arabi ini diantaranya Shadr Al Din Al Qunawi, Abd Al Karim Al Jilli, dan Sayid Haidar Al Amuli. Di Indonesia juga ada yang sepaham dengan ini yaitu Syeikh Siti Jenar. Ajaran yang saya sebut di atas ada dituliskan juga pada kitab Wirid hidayat Jati/Serat Centini-nya Raden Ngabehi Ranggawarsita.

Makna spiritual dari kosmologi Islam adalah memberikan pengetahuan tentang kosmos adar dapat memahami keburaman realitas kosmos menjadi transparan, dari tirai menuju sarana penyingkapan realitas Ilahi, yang diselubungi dan disingkapkan kosmos oleh hakikatnya sendiri.Tujuannya agar manusia memahami penjara eksistensi dan mengungkapkan keesaan Ilahi (al Tauhid) yang tercermin dalam alam keragaman.

Akan tetapi, spiritualitas Islam memberikan sarana kepada manusia yang hakikat bathinnya sedemikian rupa sehingga membuat mereka harus membuka halaman-halaman kosmis, yang digambarkan oleh Al Quran:

“(yaitu) pada hari Kami gulung langit seperti menggulung lembaran-lembaran kertas “
(Q.S. Al Anbiya [21]: 104)

Spiritualitas Islam memunculkan “kesadaran penciptaan” yang menjadikan manusia mampu melihat teofani nama-nama dan sifat-sifat Allah dalam alam dan mendengar – dari terbangnya burung ke angkasa – doa mahluk yang ditujukan ke singgasana Ilahi, seperti yang disebut Al Quran

“Tidaklah kamu tahu bahwasannya Allah, kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi, (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbih-Nya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan “.(QS. An Nur [24]:41).

Bagaimana yang terbatas “melihat” yang tak terbatas? *)

Kosmos adalah Dia/Bukan Dia. Menurut Ibn Arabi wujud adalah satu esensinya dan banyak cara untuk menyingkap dirinya. Ia tidak dapat dibandingkan dengan semua entitas yang ada dan diserupakan kepada setiap mahluk. Dan hakikat wujud, keesaan dan kejamakannya menemukan ekspresinya dalam kesempurnaan manusia sempurna.

Dalam keesaan dan kejamakannya, wujud dapat dikatakan memiliki kesempurnaan. Pertama ditampilkan melalui ketidaksebandingan Esensi Tuhan, yang kedua oleh keserupaan nama-nama Tuhan. Oleh karena itu, dalam konteks kesempurnaan esensial manusia sempurna, Al Quran mengatakan bahwa “Tidak ada pemisahan antara Rosul Tuhan (QS. 2:285). Dari kesempurnaan aksidental mereka, al Quran menyatakan bahwa “Tuhan mengutus para nabi dan Rosul sesuai dengan tingkataan mutunya”. (QS. 2:253).

Pendeknya manusia sempurna tetap berada dalam esensinya, yang tidak lain selain wujud itu sendiri. Pada saat yang sama ia senantiasa selalu mengalami transformasi dan transmutasi dengan mendorong Penyingkapan Diri Tuhan dan memanifestasikan sifat-sifat Tuhan dalam keberagaman kosmis yang tiada akhir. Hati (qalb) manusia sempurna mengalami fluktuasi yang tak pernah henti (qalb, taqallub), sejak itu ia adalah wadah batini tempat mereka memahami penyingkapan diri Tuhan.

Tuhan menciptakan alam untuk menunjukkan kesempurnaan diri-Nya. Seperti disebut dalam Hadits Qudsi :

” Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, maka Aku ingin diketahui , oleh karena itu, Aku ciptakan mahluk agar Aku dapat diketahui”.

Dengan kata lain, melalui kosmos wujud menyingkap kemungkinan tak terbatas yang tersembunyi di dalam diri-Nya sendiri. Tetapi, itu hanya dilakukan oleh manusia sempurna saja untuk memanifestasikan bentuk Tuhan itu sendiri. Syekh sebenarnya hanya menjelaskan bukan pada ontologi saja, tapi juga pada antropologi, yakni menjelaskan tentang sifat manusia sempurna dan bagaimana kesempurnaan dapat dicapai.

Dengan berbekal pemahaman rasional mengenai “Dia/Bukan Dia” tidak akan mampu mengantar ke dunia cahaya. Dunia imajinasi tidak dapat di transformasikan ke dalam bentuk penyaksian penyingkapan diri wujud tanpa bimbingan dari Rosul, Nabi ataupun para Wali.

Jadi, hakikat puncak wujud adalah melampaui yang tak terbatas dan selalu berada di dalam. Di dalam kesebandingannya wujud adalah satu dzat dengan yang absolut, namun dalam keserupaannya, wujud menjelmakan dirinya melalui pluralitas kongkrit yang ada dalam kosmos. Dzat yang non-fenomenal selamanya tetap tak dapat dibandingkan, namun dia membawa fenomenal ke dalam eksistensi melalui sebuah rahmat, yakni dilimpahkan langsung kepada segala sesuatu yang memiliki potensi eksis.

Ketidak sebandingan Tuhan tumbuh dari persepsi keberbedaan dan tidak nyata. Sedangkan, sikap yang mempertegas keserupaan muncul dari pemahaman yang menonjolkan keserupaan dengan realitas. Menurut Al Haqq, keserupaan ditonjolkan, karena dipandang dari Al Haqq, tidak ada istilah “yang lain”, juga tidak ada istilah “jarak” – “Allah bersamamu dimanapun engkau berada” (QS.57:4).

Terakhir, jadi bagaimana bentuk Tuhan itu? Menurut Ibn Arabi, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah “tanda” Tuhan. Karena segala sesuatu itu merefleksikan Al Haqq. Manusia merupakan tanda Tuhan, karena mereka ada andilnya terhadap atribut al Haqq. Ini membuktikan bahwa manusia bisa mengetahui segala sesuatu. Firman Allah : “Allah mengajarkan kepada Adam semua nama-nama.” (QS.2:31). Arkeripe kognitif (dan ontologis) fundamental mereka adalah Allah sendiri, tidak ada atribut khusus Tuhan. Kesempurnaan manusia melibatkan atribut itu, seperti sifat mulia yang sama dengan indah, tetapi, sebagaimana sifat Tuhan, atribut-atribut ini disusun menurut hirarki tertentu, dengan nama-nama rahmat yang didahulukan dibandingkan murka, nama-nama keserupaan lebih fundamental dari pada nama-nama ketidaksebandingannya.

Kebahagiaan, yakni kondisi yang dinikmati orang surga, adalah identik dengan kedekatan dengan Tuhan. Untuk dekat dengan Tuhan maka berarti mengakui kualitas-kualitas Tuhan sebagaimana adanya. Ketersiksaan identik dengan neraka. Untuk jauh dengan Tuhan adalah menghindari mengaktualisasikan bentuk Tuhan. Untuk tetap berjarak maka tekankan bentuk ketaksebandingan. Jika ingin bahagia, imajinasi mereka harus melampaui akalnya, menyesuaikan bentuk akal. Manusi secara potensial adalah bentuk utuh Tuhan. Kesempurnaan dicapai ketika potensinya teraktualisasi. Perwujudannya adalah bentuk “kebajikan” dan “nilai” yang dikaji dalam ilmu ahlak. Nah, karena kualitas Tuhan tidak dapat dikenali melalui ketidaksebandingan-Nya maka diperlukan campur tangan wahyu (agar aktualisasi atribut Tuhan sesuai dengan porsi yang tepat untuk menjelaskan sifat dan tujuan kegiatan etika yang ditekankan).

Demikian penjelasan Ibnu Arabi, dalam Futuhat Al Makiya dan Fusus Al Hikam, yang ditulis Willliam C. Chittick dalam Imaginal World yang diterbitkan State University Newyork Press, Edisi Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Risalah Gusti “Dunia Imajinal”.

 

KONSEP DIRI


(Pengertian Konsep Diri dan Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri) Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri), untuk lebih jelasnya mari kita baca lebih lanjut tentang
Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri berikut ini:

1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan, pangalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi potensi yang nyata.

2. Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.

3. Self Perception (persepsi diri sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari prilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Menurut Stuart dan Sundeen Penilaian tentang konsep diri dapat di lihat berdasarkan rentang rentang respon konsep diri yaitu:

Konsep Diri merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan dalam komunikasi antar pribadi. Kunci keberhasilan hidup adalah konsep diri positif. Konsep Diri memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang setelah keberhasilan komunikasi, karena konsep diri dapat dianalogikan sebagai suatu operating sistem yang menjalankan suatu komputer.

Konsep Diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri yang jelek akan mengakibatkan rasa tidak percaya diri, tidak berani mencoba hal-hal baru, tidak berani mencoba hal yang menantang, takut gagal, takut sukses, merasa dirinya bodoh, rendah diri, merasa diri tidak berharga, merasa tidak layak untuk sukses, pesimis, dan masih banyak perilaku inferior lainnya.

Sebaliknya orang yang konsep dirinya baik akan selalu optimis, berani mencoba hal-hal baru, berani sukses, berani gagal, percaya diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, bersikap dan berpikir positif, dan dapat menjadi seorang pemimpin yang handal.

 

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah Konsep Diri. Saya akan menjabarkan bagaimana pentingnya konsep diri dalam kehidupan. Sebelumnya apa sih konsep diri itu? Jenis-jenis Konsep Diri itu apa saja?

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.

Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya.sep Diri

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat orang lain pada diri individu.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang lain mengenai dirinya.

Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.

Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri (self-concept) tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu.

Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan terdekatnya.